Evaluasi Program
A. Pengertian
Evaluasi Program
Untuk mengetahui apa itu evaluasi
program, maka terlebih dahulu kita harus mengerti apa sebenarnya evaluasi itu.
Evaluasi berasal dari kata bahasa inggris “evaluation” yang diserap
dalam perbendaharaan istilah bahasa Indonesia “evaluasi” yang diartikan
memberikan penilian dengan membandingkan sesuatu hal dengan satuan tertententu
sehingga bersifat kuantitatif. Suharto mengemukakan bahwa evaluasi program
diartikan sebagai tolak ukur berhasil tidaknya suatu program yang dilaksanakan,
apa sebabnya berhasil dan apa sebabnya gagal, serta bagaimana tindak lanjutnya[1].
Sehubungan dengan pengertian tersebut,
Soumelis mengatakan bahwa evaluasi merupakan proses pengambilan keputusan
melalui kegiatan membandngkan hasil pengamatan terhadap suatu obyek[2].
Frutchey menambahkan bahwa kegiatan evaluasi sebagai penilaian mencakup
kegiatan observasi, membandingkan antara hasil pengamatan dengan pedoman yang
telah ditetapkan dahulu dan pengambilan keputusan atau penilaian atas obyek yang
diamati[3].
Dari beberapa pengertian tersebut dapat
disimpulkan bahwa evaluasi merupakan sebuah proses menentukan hasil yang telah
dicapai dari beberapa kegiatan yang telah direncanakan untuk mendukung
tercapainya tujuan. Selain itu juga dapat dikatakan sebagai kegiatan mencari
sesuatu yang berharga, termasuk informasi dalam menilai keberadaan suatu
program, produksi, prosedur serta alternative strategi yang diajukan untuk
mencapai tujuan yang sudah ditentukan.
Evaluasi program adalah proses penerapan
secara sistematis tentang tujuan, efektfitas, atau kecocokan sesuatu sesuai
dengan kriteria dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Proses penetapan
keputusan itu didasarkan atas perbandingan secara hati-hati terhadap data yang
diobservasi dengan menggunkan standar tertentu yang telah dibakukan. Worthen
dan Sanders mengemukakan bahwa evaluasi program adalah suatu proses
mengidentifikasi dan mengumpulkan informasi untuk membantu para pengambil
keputusan dalam memilih berbagai alternative keputusan[4].
Sehubungan dengan itu, Alkin juga berpendapat bahwa evaluasi program
merupakan proses yang berkaitan dengan penyiapan berbagai wilayah keputusan
melalui pemilihan informasi yang tepat, pengumpulan dan analisis data serta
pelaporan yang berguna bagi para pengambil keputusan dalam menentukan berbagai
alternative pilihan untuk menetapkan keputusan. Evaluasi program juga dapat
didefenisikan sebagai kegiatan sistematis untuk mengumpulkan, mengolah,
menganalisis, dan menyajikan data sebagai masukan untuk pengambilan keputusan[5].
Dari beberapa definisi evaluasi program
pemberdayaan tersebut maka dapat dikatakan bahwa evaluasi program adalah proses
penggambaran, pencarian dan pemberian informasi yang bermanfaat bagi pengambil
keputusan dalam menentukan alternative keputusan.
B.
Beberapa Konsep
Dalam Evaluasi
Yang pertama-tama
membedakan evaluasi formatif dan sumatif adalah Scriven. Kemudian sejak saat
itu istilah ini menjadi popular dan dapat dikatakan diterima secara universal
dalam bidang ini. Evaluasi formatif dilakukan selama program berjalan untuk
memberikan informasi yang berguna kepada pemimpin program untuk perbaikan
programnya. Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan pada akhir program untuk
memberi informasi kepada konsumen yang potensial tentang manfaat atau kegunaan
program.
Dalam hal ini, evaluasi yang
dilakukan dalam program pemberdayaan melalui pelatihan pemanfaatan eceng gondok
adalah dengan evaluasi sumatif yaitu evaluasi setelah selesai program
pemberdayaan dilakukan.
C.
Model – Model Evaluasi
Model merupakan
deskriptif suatu fenomena yang dinyatakan dalam bentuk media yang dapat
dikomunikasikan. Terkait dengan model-model evaluasi program pemberdayaan,
Taybnapis mengemukakan beberapa model yaitu model CIPP, model UCLA, model
Brinkerhoff, dan model Stake[6].
Secara berturut akan dijelaskan sebagai berikut:
1)
Model
CIPP (context, input, process, and product)
Stufflebeam
mengartikan evaluasi sebagai proses menggambarkan, memperoleh dan menyediakan
informasi yang berguna untuk menilai alternative keputusan. Ia membagi evaluasi
dalam empat macam, yaitu:
a.
Context,
berkaitan dengan beberapa factor dan kondisi sebelum kegiatan dilaksanakan
b.
Input,
merupakan masukan yang diberikan sebagai persiapan sebelum pelaksanaan program
c.
Process,
yaitu pelaksanaan program yang dilaksanakan dengan pendekatan sesuai dengan
konteks
d.
Product,
yaitu kualitas hasil kegiatan yang dapat dicapai.
Keempat kata
yang disebutkan dalam singkatan CIPP tersebut merupakan sasaran evaluasi, yang
tidak lain adalah komponen dari proses sebuah program kegiatan. Dengan kata
lain, model CIPP adalah model evaluasi yang memandang program yang dievaluasi
sebagai sebuah sistem.
2)
Model
UCLA
Alkin
menyampaikan lima macam evaluasi, yaitu sebagai berikut:
a.
System
assessment, yang berkaitan dengan keadaan atau posisi system
b.
Programme
planning, yang membantu pemilihan program
c.
Programme
implementation, yang memberikan informasi tentang seberapa jauh program telah
dikenalkan
d.
Program
improvement, yang memberikan informasi tentang seberapa jauh program telah
berfungsi dan dilaksanakan
e.
Program
certification, yang memberikan informasi tentang nilai kegiatan
3)
Model
Brinkerhoff
Brinkerhoff
mengemukakan tiga golongan evaluasi, yaitu:
a.
Fixed
and emergent evaluation, yang berkaitan tetap atau perkembangan rancangan
evaluasi, masalah dan kriteria evaluasi dan seberapa jauh akhirnya
dipertemukan.
b.
Formative
vs sumatif evaluation, yang berkaitan dengan kebutuhan dan kegunaan evaluasi
c.
Experimental
and quasi experimental design vs natural inquiry, yang berkaitan dengan proses
intervensi dan manipulasi.
4)
Model
Stake atau model contenance
Model
ini juga disebut model evaluasi pertimbangan. Maksudnya evaluator
mempertimbangkan program dengan membandingkan kondisi hasil evaluasi program
dengan yang terjadi di program lain, dengan objek sasaran yang sama dan
membandingkan kondisi hasil pelaksanaan program dengan standar yang ditentukan
oleh program tersebut.
Selain model
pemberdayaan tersebut, ada model evaluasi program yang populer dan banyak
dipakai sebagai strategi atau pedoman kerja dalam pelaksanaan evaluasi program
yaitu evaluasi model Kirkpatric.
Kirkpatrick salah seorang ahli
evaluasi program pelatihan dalam bidang pengembangan sumber daya manusia (SDM).
Model evaluasi yang dikembangkan Kirkpatrick dikenal dengan istilah Kirkpatrick
Four Levels Evaluation Model. Evaluasi terhadap efektivitas program
pelatihan (training) menurut Kirkpatrick mencakup empat level evaluasi,
yaitu: reaction, learning, behavior, dan result[7].
D.
Prinsip-Prinsip Evaluasi
Evaluasi program
pemberdayaan merupakan kegiatan untuk menilai suatu program pemberdayaan,
gejala, atau kegiatan-kegiatan tertentu. Mardikanto & Soebiato mengatakan
ada beberapa prinsip evaluasi, yaitu sebagai berikut:
1)
Kegiatan
evaluasi merupakan bagian integral dari kegaiatan perencanaan program.
2)
Setiap
evaluasi harus objektif, menggunakan pedoman tertentu yang telah dibakukan,
menggunakan metode pengumpulan data yang tepat, dan menggunakan alat ukur yang
tepat.
3)
Setiap
evaluasi menggunakan alat ukur yang berbeda untuk mengukur tujuan evaluasi yang
berbeda pula.
4)
Evaluasi
dinyatakan dalam bentuk data kuantitatif dan uraian kualitatif
5)
Evaluasi
harus efektif dan efisien.[8]
[1] Suharto, Edi. (2014). Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat.
Bandung: Refika Aditama.h.118
[2] Soumelis, C.G. (1981). Project Ealuation Methodologies and
Techniques. Paris: UNESCO
[3] Frutchey, F.P. (1973). Evaluation in Extension in D, Byrn (ed).
1-9p
[4] Worthen, B.R & J.R Sanders.
(1975). Educational Evaluation Theory and
Practice.Belmont, California: Wordsworth Published Company, Inc.
[5] Sudjana, D. (2006). Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah.Bandung:
Remaja Rosdakarya.
[6] Tayibnapis, F.Y. (2008). Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi
Untuk Program Pendidikan dan Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
[7]Kirkpatrick, D. L. (1998).Evaluating
Training Programs: The Four Levels. San Francisco: Berrett-Koehler
Publisher, Inc.
[8]Mardikanto, T & Soebiato, P.
(2013).Pemberdayaan Masyarakat dalam
Perspektif Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.